Terima kasih Telah berkunjung ke Blog 'TEATER KOPYAH'. follow twitter kami: @TeaterKopyah,Atau tinggalkan pesan di: teater_kopyah@yahoo.coiid. Salam Budaya!

Selasa, 10 Mei 2011

Dalimin dan Obat Kuat




Cerpen, Oleh: Iwan RS



Dalimin adalah seorang muadzan yang paling jempolan di kampunnya. Suaranya bagus, enak di dengar dan panjang dengan intonasi yang khas. Semua orang kagum dan suka kalau Dalimin mengumandangkan adzan. Orang yang berjalan akan berhenti sejenak, orang yang tidur segera terbangun kemudian melangkah ke Masjid, orang yang marah akan redam,itulah khasyiat Dalimin sang muadzan bersuara bagus serta punya nafas yang luar biasa! Tapi suatu ketika anggapan orang jadi pudar, alasanya Pak RT pernah memergoki Dalimin beli Obat kuat di toko Koh Wan yang memang jual Obat Biru".
Sejak itu sebagai tukang adzan Dalimin jadi surut pendengar, yang dengerin ogah-ogahan, kalo Dalimin adzan justru pada marah dan ngegrundel .
"Bagaiamna dia bisa beli obat kuat? dia kan gak punya istri, pasti dia suka zinah!" Kata salah seorang warga.
"Betul, pasti dia suka ngelonte....!" kata warga yang lin.
Di tengah perbincangan soal reputasi Dalimin yang buruk, Subur dan Begeng dua orang warga bertampang culun itu mendekat , " Saya tadi lihat Dalimin beli Obat Kuat di Toko Koh Wan."kata subur.
" Lah terus.." tanya warga penasaran.
" Terus dia pergi ke arah sana...!"timpal Begeng sambil menunjuk arah, ke sebuah lokalisasi pelacuran.
" Sarkem!?"tanya warga lagi.
" Ya!" jawab Begeng dan Subur memastikan.
" Kita tangkap Dalimn, kita bunuh penzinah itu!" kata PAK RT.
" Yoi..." sambut yang lain.
Nyaris mendekati pelacuran Dalimin yang mengendarai motor 'Pitung' di kepung puluhan orang berkopyah putih, ia dihentikan, kemudian di seret dari motornya, sebuah tinju mendarat di mukanya, Dalimin ngeles, tapi tinju yang lain keburu mendarat di bagian belakang kepala Dalimin. Dalimin tersungkur. Puluhan kaki menginjaknya dengan beringas sambil berteriak " Penjinah!".
Tubuh Dalimin penuh luka, matanya berkunang-kunang kemudian gelap. Para perempuan dari lokalisasi keluar menjerit. Lamat-lamat suara-suara menjadi sepi.
Dalimin meninggal, Koh Wan datang melayat, " Wah sayang sekali tukang adzan sebaik Dalimin umurnya pendek," kata Koh Wan datar pada Pak RT. " Baik apaan koh? diakan tukang gini!" kata Pak RT sambil menyelipkan jempol tanagn ke jari-jarinya untuk mengisyaratkan bahwa Dalimin tukang zinah
," Sama koh kan Kalo beli obat kuat?" Koh Wan sedikit bingung,
"Loh dia kan beli obat kuat itu supaya suaranya bagus dan nafasnya panjang,bukan untuk gituan ,Dalimin sendiri yang cerita sama saya."
"Ah itu alasan Dalimin aja"timpal Pak RT.
" Astagfillah...kagak pelcaya lu dibilangin sama oe.."
Pelayatan berakhir, semua takziah pulang ke rumah masing-masing.
Di sebuah lokalisasi prostitusi, sebuah tempat yang biasanya remang-remang malam ini ini nampak terang benderang, konon ada tahlillan. "Wah Kok libur Mbak," kata Kang Herdi dan Gitong pada seorang perempuan yang lagi sibuk gelar tiker. " Yae, mau ada tahlilan, Kang Dalimin mati," " Dalimin siapa?" tanya Gitong sedikit kecewa karena libur. " Dalimin yang biasa ngajar ngaji di sini," jelas perempuan yang masih sibuk gelar tikar itu.
" Wah...yo wis"